Rabu, 24 November 2010

perilaku terpuji terhadap guru

PEMBINAAN AKHLAK DAN BUDI PEKERTI



Maraknya berita-berita yang menceritakan tentang kenakalan anak remaja yang lepas control dari orangtuanya, ini karena disebabkan anak remaja tersebut tridak ada kegiatan yang bermanfaat di lingkuangannya, sehingga anak2 remaja sekarang mencari kegiatan lain diluar lingkungannya yang berakibat terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik.



Pembinaan Akhlak dan budi pekerti bagi anak-anak remaja sangat penting diterapkan di sekolah, . karena adanya pelajaran Akhlak dan Budi pekerti yang di praktekan di sekolah dapat merubah perilaku yang lebih baik bagi anak-anak remaja.



1.KEJUJURAN, merupakan kunci keselamatan bagi anak-anak remaja, karena dengan kejujurannya berterus terang kepada kedua orang tuanya dalam hal pergaulannya sehingga orangtuanya dengan mudah dapat memonitoring kegiatan anaknya dalam pergaulannya dengan anak-anak remaja lainnya, apakah anaknya bergaul dilingkungan anak-anak remaja yang baik ataukah tidak ?



Oleh sebab itu Kejujuran adalah merupakan suatu hal yang sangat penting diterapkan kepada anak remaja semasa sekolah, yaitu kejujuran terhadap kedua orangtuanya dan kejujurannya terhadap guru disekolahnya,. Karena dengan Kejujurannya dapat menentukan kehidupan yang lebih baik, baik dalam pergaulan dengan anak-anak remaja seusiannya maupun dengan yang lainnya., sehingga dapat terhindar dari pergaulan bebas yang menyalahgunakan narkotika, dan lain-lain.



Mengapa anak-anak remaja sampai terjadi menjadi pecandu narkotika dan ikut-ikutan Geng antar remaja ?

Hal ini karena akibat dari ketidak jujuran anak remaja tersebut kepada kedua orangtuanya, sehingga setiap kali keluar rumah anak remaja tersebut selalu berbohong kepada kedua orangtuianya, tanpa menyebuitkan dengan jelas kemana arah dan tujuannya dalam pergaulannya selama di luar rumah..



2. SOPAN SANTUN dalam ucapan dan sopan santun dalam perbuatan, Etika pergaulan yaitu sopan santun dengan sopan santun seseorang terlihat bersikap ramah dan tidak sombong.

Bagaimana tata cara sopan santun bagi murid di sekolah,.apakah diterapkan sebagai pelajaran di sekolah, ? karena Praktek Etika pergaulan dan sikap sopan santun sangat penting diajarkan kepada semua murid bagaimanana berlaku sikap murid terhadap kedua orang tuanya dan terhadap guru-guru disekolahnya. Hal ini perlu diajarkan pada setiap siswa & siswi bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan yang sopan terhadap kedua orang tuanya dan berlaku santun dalam berkata-kata merupakan inilah ciri kepribadiaannya yang baik, karena selama ini banyak anak-anak remaja kalau orang tuanya bertanya, sang anak menjawab ” seenaknya saja “Mama tidak perlu tau urusan anak remaja! ” kita-kata kasar anak terhadap orangtuanya, karena tidak ada praktek berkata-kata yang sopan dan santun disekolah.. .



Penerapan system kejujuran dan pembinaan akhlak.kepada semua siswa dan siswi disekolah merupakan landasan kehidupan masa depan anak-anak remaja karena sangat berrguna bagi kemajuan bangsa dan Negara,

Bagaimana Negara kita ini bisa maju kalau Negara kita ini di pimpin oleh orang-orang yang tidak jujur, dan tidak ber-akhlak sehingga berakibat munculnya perbuatan korupsi dan dan maksiat

Kecerdasan otak seorang tidak bisa di jjadikan jaminan mampu menjadi seorang pemimpin,yang arif dan bijaksana serta berlaku sosial tanpa adanya dasar pembinaan Akhlak dan Budi pekerti yang baik selama di sekolah dan di rumah,

Maka jangan sampai ada seorang pemimpin atau wakil rakyat yang berlaku masa bodoh dan berlaku cuek saja terhadap rakyatnya, hanya bisa mendengar saja, tak menghiraukan teriakan rakyat bahkan di biarkan saja sampai rakyat tersebut bosan sendiri berteriak terus.

Bagaimana sikap anak sekolah di jaman sekarang, terhadap guru disekolahnya, pada saat murid tersebut sambil merokok sambil minu-minuman di Bar dan bertemu dengan guru sekolahnya, apa tindakan guru sekolah tersebut terhadap muridnya? dan mengapa murid tersebut tidak takut terhadap guru sekolahnya.?

Murid merasa tidak takut terhadap gurunya karena merasa merasa akan tetap naik kelas, sebab yang mentukan kenaikan kelas dan kelulusan disekolah adalah dari hasil ulangan dan dari hasil ujian nasional, jadi sikap dan perilaku murid yang tidak baik susah untuk dijadikan alasan untuk tidak naik kelas atau tidak lulus apalagi selama itu murid tersebut sangat cerdas dalam menjawab soal-soal ulangan dan soal-soal ujian.nasional.,

Maka dalam hal ini penilaian guru kepada murid dalam hal Akhlak budi pekerti menjadi terabaikan.



Terapkan system Pembinaan Akhlak dan Budi pekerti terhadap semua murid disekolah, akan tercipta kemajuan bangsa dan Negara di masa yang akan datang.



agmadankedamaian.wordpress.com


Hormatilah Gurumu


Tiap bulan lahir ratusan doktor dan kaum professional di dunia dari rahim dunia pendidikan. Namun berapa banyak murid yang menghormati guru-guru mereka?. Saat ini, era di mana sikap santun dan hormat yang telah menipis bagi banyak orang untuk menghormati jasa guru. Tak sedikit orang cerdik pandai lahir ke dunia namun mereka lupa seolah-olah kepandaian dan kekayaan ilmunya seolah jadi dengan sendirinya tanpa sentuhan dan doa para guru-guru mereka yang mengajarkan secara ikhlas.

Padahal Islam sangat juga menganjurkan agar umatnya memberikan pengormatan kepada para ulama dan guru-guru mereka.

Begitu pentingnya sikap dan penghormatan terhadap para guru-guru bagi para pencari ilmu (murid), maka di dunia pesantren diajarkan kitab Ta’lim Muta’allim. Dalam kitab ini diajarkant bagaimana cara menghormati guru antara lain disebutkan; tidak boleh berjalan di depan gurunya, tidak duduk di tempat yang diduduki gurunya, bila dihadapan gurunya tidak memulai pembicaraan –bahkan mencari ilmu lain– kecuali atas izinnya.Intinya, sang murid haruslah mencari keridhoaan dari gurunya. Itulah salah satu diantara adab dan kesopanan antara murid dan guru dalam khasanah Islam.

Diriwayatkan oleh Imam At Thabrani, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu dengan ketenangan dan sikap hormat serta tawadhu’lah kepada orang yang mengajarimu.”

Ilmu tidak akan bisa diperoleh secara sempurna kecuali dengan diiringi sifat tawadhu’ si murid terhadap gurunya, karena keridhaan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu. Sehingga Imam Al Munawi di Faidh Al Qadir (3/253) dalam mensyarh hadits di atas menyatakan bahwa tawadhu’ murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian kemulyaan si murid.

Tunduknya kepada guru justru merupakan izzah dan kehormatan baginya. Perilaku para sahabat, yang memperoleh pendidikan langsung dari Rasulullah SAW layak untuk dijadikan suri tauladan. Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilahkan Zain Bin Tsabit, untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya.

“Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami”, ucap Ibnu Abbas. Zaid Bin Tsabit sendiri mencium tangan Ibnu Abbas. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ahli bait Rasulullah,” balas Zaid.

Imam Al Munawi juga menjelaskan, bahwa As Sulaimi pernah menceritakan pengormatan orang-orang terdahulu terhadap ulama mereka. Pada zamannya, orang-orang tidak akan bertanya sesuatu kepada Said bin Musayyab, faqih tabi’in, kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti layaknya seseorang yang sedang berhadapan dengan khalifah.

Rupanya, sifat ini juga “menurun” kepada para ulama. Tengoklah bagaimana rasa hormat Imam Abu Hanifah kepada guru beliau. “Aku tidak pernah shalat setelah guruku, Hammad, wafat, kecuali aku memintakan ampun untuknya dan untuk orang tuaku”. Rupanya perbuatan ini “menurun” juga kepada Abu Yusuf. Murid Abu Hanifah, ia selalu mendoakan Abu Hanifah sebelum mendoakan kedua orang tuanya sendiri, sebagaimana disebutkan dalam Manaqib Al Imam Abu Hanifah, oleh Al Muwaffiq Al Khawarizmi (2/7).

Pengormatan Imam As Syaf’i kepada guru beliau Imam Malik, juga bisa kita ambil pelajaran. “Di hadapan Malik aku membuka lembaran-lembaran dengan sangat hati-hati, agar jatuhnya lembaran kertas itu tidak terdengar”. Rabi’, murid Imam As Syafi’i juga tidak ingin gurunya itu melihatnya ketika sedang minum, sebagaimana diebutkan Al Munawi dalam Faidh Al Qadir (3/352)

Dalam Tarikh Al Baghdadi (2/62,66) disebutkan, Abdullah, putra dari Imam Ahmad bertanya kepada ayahnya. “Syafi’i itu seperti apa orangnya, hingga aku melihat ayah benyak mendoakannya?”. “Wahai anakku, Syafi’i seperti matahai bagi dunia..”, jawab Ahmad bin Hanbal. Sebagaimana disebutkan beberapa riwayat, bahwa selama tiga puluh tahun Imam Ahmad mendoakan dan memintakan ampunan untuk guru beliau Imam As Syafi’i.

Dengan guru beliau yang lain pun demikian. Imam Ahmad pernah berguru juga kepada Husyaim bin Bashir Al Wasithi selama lima tahun. ”Aku tidak pernah bertanya kepadanya, kecuali dua masalah saja karena rasa hormat.” Kisah ini disebutkan dalam Al ’Ilal fi Ma’rifati Ar Rijal (1/145).

Sikap hormat dan tawadhu’mereka kapada para guru amat tinggi, bahkan dalam berdoa sendiri mereka mendahulukan para guru, baru kemudian orang tua. Kenapa dimikian? Imam Al Ghazali menjelaskannya dalam Al Ikhya’ (1/55). ”Hak para guru lebih besar daripada hak orang tua. Orang tua merupakan sebab kehadiran manusia di dunia fana, sedangkan guru bermanfaat bagi manusia untuk mengarungi kehidupan kekal. Kalaulah bukan karena jeri payah guru, maka usaha orang tua akan sia-sia dan tid bermanfaat. Karena para guru yang memberikan manusia bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal”.

Saat ini, adab yang dicontohkan para ulama salaf ini sudah hampir pupus karena terkikis oleh kebodohan, sehingga tidaklah heran jika ada pencari Ilmu yang mencela gurunya sendiri, dikarenakan berbeda pendapat dalam masalah furu’. Sejauh apapun perbedaan kita, guru tetaplah guru. Nah, mudah-mudahan kita tidak termasuk dari golongan yang seperti ini.

Dampak Perilaku Religius dalam Menumbuhkan Etika

Pembiasaan berperilaku religius di sekolah ternyata mampu mengantarkan anak didik untuk berbuat yang sesuai dengan etika. Dampak dari pembiasaan perilaku religius tersebut berpengaruh pada tiga hal yaitu: (1) Pikiran, siswa mulai belajar berpikir positif (positif thinking). Hal ini dapat dilihat dari perilaku mereka untuk selalu mau mengakui kesalahan sendiri dan mau memaafkan orang lain. Siswa juga mulai menghilangkan prasangka buruk terhadap orang lain. Mereka selalu terbuka dan mau bekerjasama dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan agama, suku, dan ras.

(2) Ucapan, perilaku yang sesuai dengan etika adalah tutur kata siswa yang sopan, misalnya mengucapkan salam kepada guru atau tamu yang datang, mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu, meminta maaf jika melakukan kesalahan, berkata jujur, dan sebagainya. Hal sekecil ini jika dibiasakan sejak kecil akan menumbuhkan sikap positif. Sikap tersebut misalnya menghargai pendapat orang lain, jujur dalam bertutur kata dan bertingkah laku.

(3) Tingkah laku, tingkah laku yang terbentuk dari perilaku religius tentunya tingkah laku yang benar, yang sesuai dengan etika. Tingkah laku tersebut di antaranya empati, hormat, kasih sayang, dan kebersamaan.

Jika siswa sudah terbiasa hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kebiasaan religius, kebiasaan-kebiasaan itu pun akan melekat dalam dirinya dan diterapkan di mana pun mereka berada. Begitu juga sikapnya dalam berucap, berpikir dan bertingkah laku akan selalu didasarkan norma agama, moral dan etika yang berlaku. Jika hal ini diterapkan di semua sekolah niscaya akan terbentuk generasi-generasi muda yang handal, bermoral, dan beretika.


PENUTUP


Simpulan

Dari pembahasan tentang menumbuhkan etika melalui perilaku religius di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

a. Kegiatan religius di sekolah seperti:
(1) berdoa atau bersyukur,
(2) melaksanakan kegiatan di mushola
(3) merayakan hari raya keagamaan sesuai dengan agamanya,
(4) mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agamanya akan membiasakan perilaku religius. Perilaku religius tersebut dapat menuntun siswa untuk bertingkah laku sesuai etika.


Dampak dari pembiasaan perilaku religius dalam menumbuhkan etika yaitu terbentuknya sikap siswa dalam berpikir, berucap, dan bertingkah laku yang sesuai dengan etika.

I. TUGAS DAN KEWAJIBAN SISWA

1. Kehadiran Siswa :

1. Siswa wajib hadir di sekolah sebelum pelajaran di mulai.
2. wajib mengikuti Upacara bendera yang di selenggarakan oleh sekolah dengan tertib dan khidmat.
3. Siswa wajib mengikuti kegiatan lain yang diprogramkan dan ditugaskan oleh sekolah.
4. Siswa yang datang terlambat wajib lapor kepada guru piket.
5. Siswa yang tidak masuk sekolah harus mengirim surat ijin dari orang tua / wali.
6. Siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit lebih dari 2 (dua) hari wajib mengirimkan surat keterangan dari dokter.
7. Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa ijin lebih dari 6 (enam) hari dalam satu semester, tidak diperkenankan mengikuti ulangan semester.

2. Mengikuti Pelajaran :

1. Siswa wajib melakukan penghormatan terhadap guru dan berdoa bersama terutama pada awal jam pelajaran pertama dan setelah jam terakhir.
2. Siswa wajib mengikuti pelajaran dengan tertib, tekun dan bersemangat serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
3. Apabila guru berhalangan hadir (jam kosong), ketua kelas wajib melapor kepada Guru Piket.
4. Siswa wajib menjaga ketertiban kelasnya apabila ada jam kosong dan tetap berada di dalam kelas
5. Siswa wajib mengikuti pelajaran Pendidikan Agama sesuai agama yang dianutnya.
6. Siswa tidak dibenarkan meninggalkan kelas tanpa ijin Guru dan pada saat pergantian pelajaran kecuali pada saat jam istirahat.
7. Siswa wajib mengikuti 90 % tatap muka jam pelajaran